Teknologi Informasi dalam Keselamatan dan Keamanan Nuklir
Bandung, FMIPA.itb.ac.id -Berbicara mengenai tenaga nuklir, sebagian dari kita ada yang sudah mengenalnya namun sebagian yang lain masih merasa awam. Pemanfaatan tenaga nuklir sangat beragam, salah satunya adalah sebagai sumber pembangkit listrik. Namun hingga saat ini di Indonesia belum diperkenankan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dikarenakan sifat dari nuklir yang akan sangat membahayakan jika tidak ditangani dengan baik. Meskipun begitu, di Indonesia sudah ada dua instansi yang bergerak di bidang nuklir yaitu Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Berbicara mengenai Bapeten, Senin (04/03/19) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan kuliah umum bersama Kepala Bapeten, Prof. Dipl. Com. Ir. Jazi Eko Istiyanto, M, Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.
Kuliah umum ini dilangsungkan mulai pukul 13.00 – 15.00 WIB di ruang 9311 ITB. Kuliah ini diawali dengan pembukaan dari moderator, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Dekan FMIPA ITB, Bidang Akademik, Prof. Dr. Eng. Abdul Waris, M. Eng. yang menyampaikan ucapan selamat datang kepada para peserta kuliah dan dosen yang hadir. Beliau juga memaparkan bahwa kuliah umum ini juga bertujuan untuk melakukan penandatanganan perpanjangan kerja sama antara Bapeten dan ITB untuk yang ke-4 kalinya sejak tahun 2003.
Selanjutnya moderator memaparkan profil dari Prof. Dipl. Com. Ir. Jazi Eko Istiyanto, M, Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng. Selain menjabat sebagai Kepala Bapeten, beliau juga merupakan dosen fisika dan sains komputasi di Universitas Gadjah Mada (UGM). Beliau mengenyam pendidikan sarjana di fisika UGM pada tahun 1980-1986, kemudian melanjutkan studi magister dan doktornya di University of Essex, Inggris. Pada kuliah umum ini peserta yang hadir adalah mahasiswa ITB dari berbagai jurusan dan angkatan serta beberapa dosen yang memiliki bidang keahlian yang serupa dengan pembicara. Tema kuliah umumnya adalah Teknologi Informasi dalam Keselamatan dan Keamanan Nuklir.
Berbicara kembali mengenai BATAN dan Bapeten, keduanya memiliki fungsi yang berbeda. BATAN berfungsi untuk menghasilkan teknologi nuklir, sedangkan Bapeten berfungsi untuk menghasilkan teknologi pengawasan nuklir, hal ini meliputi teknologi informasi, elektronika, instrumentasi, dan keselamatan nuklir. Ketenaga-nukliran ini juga diatur dalam UU 10/1997 yang saat ini sedang dalam proses amandemen. Bapeten melakukan pengawasan nuklir melalui peraturan, perizinan, inspeksi, dan penegakan hukum. Bapeten bertugas untuk melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir. Bapeten memiliki tiga pilar pengawasan, yaitu penyusunan regulasi, penerbitan izin, dan pelaksanaan inspeksi. Kemudian didukung oleh fungsi lain, yaitu pengkajian, kesiap-siagaan nuklir, pendidikan dan pelatihan, serta sistem informasi.
Objek pengawasan yang dilakukan oleh Bapeten di antaranya, BATAN, industri nuklir (seperti PT. Inuki), industri migas, rumah sakit, dan lain-lain. Ternyata cukup banyak jumlah izin dari pengguna tenaga nuklir, di antaranya industri sebesar 7.371 izin, kesehatan sebesar 4.293 izin, serta instalasi dan bahan nuklir sebesar 460 izin. Pemanfaatan reaksi nuklir cukup beragam seperti disinggung pada pemaparan sebelumnya, seperti pertanian, peternakan, industri (digunakan untuk radiografi), dan medik (untuk teleterapi). Dalam pengawasannya dilakukan online monitoring dengan Radiological Data Monitoring System (RDMS) yang digunakan untuk memonitori radiasi lingkungan. Terdapat Sembilan RDMS yang terpasang di tiga reaktor riset BATAN, yaitu Serpong, Bandung, dan Yogyakarta. Rencananya akan dilakukan pemasangan RDMS di stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di 126 lokasi. Untuk mendapatkan jaminan keselamatan semua alat radiasi, petugas proteksi radiasi, serta impor atau ekspor dan transportasi zat radioaktif atau bahan nuklir harus berizin. Selain itu dilakukan pula inspeksi dan stikerisasi (hijau berarti sangat baik, kuning berarti cukup baik, dan merah berarti berbahaya).
Saat ini sudah banyak benda untuk membantu kegiatan kita sehar-hari yang berbasis komputer, contohnya ponsel pintar, ia merupakan komputer yang dapat membuat panggilan telepon. Selain itu mobil, merupakan komputer dengan empat roda, linac merupakan komputer yang memproduksi sinar-X dan masih banyak contoh lainnya. Harapannya di dalam Bapeten juga sudah berbasis komputer dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, contohnya komputer dapat memproduksi perizinan nuklir dan inspeksi fasilitas nuklir, komputer dapat mengantisipasi dan melakukan mitigasi insiden nuklir, komputer dapat mengatur sumber pengaturan nuklir, komputer dapat memproduksi regulasi nuklir, dan mnciptakan pemahaman terkait keselamatan, keamanan, dan petunjuk keselamatan nuklir. Untuk melakukan terobosan baru dalam penanganan kendala pemanfaatan nuklir ini diperlukan ide-ide yang bersifat disruptif. Hal ini terbukti seperti adanya Airbnb, sebuah jasa penginapan namun ia tidak muncul dari kalangan perhotelan, kemudian Uber, Grab, dan Gojek yang juga bukan berasal dari perusahaan taksi, lalu Drone yang tidak muncul dari perusahaan helikopter, dan lain-lain. Kepala Bapeten juga berharap adanya ide-ide disruptif dalam bidang nuklir.
Di akhir pemaparan pembicara mempersilakan peserta untuk bertanya. Setelah sesi tanya jawab selama 20 menit berakhir, kuliah umum kembali diambil alih oleh moderator untuk menutup pertemuan tersebut. Sebagai penutup, FMIPA ITB memberikan cinderamata kepada pembicara kuliah umum yang dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Dari kuliah umum ini diharapkan mahasiswa dapat mengenal Bapeten dan banyak mahasiswa dari berbagai program studi yang saling berkolaborasi untuk mewujudkan ide-ide disruptif untuk ketenaga-nukliran di masa yang akan datang. [Muthia Dewi].