Mengejar GMT Mendapat Penambang Emas Liar
Bandung, FMIPA.itb.ac.id -Dalam acara Corporate Social Responsibility (CSR) yang diselenggarakan oleh PT Ensbury Kalteng Mining (PT EKM), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas, bersama seorang mahasiswa S2 Prodi Astronomi ITB yaitu Robiatul Muztaba, saya, Endang Soegiartini, berangkat ke Pangkut, sebuah desa kecil di sebelah timur laut Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, untuk berbagi cerita tentang Matahari dengan Gerhana Matahari Total (GMT)-nya, serta mengajak masyarakat sekitar terutama siswa SDN 01 dan 02 Pangkut, SMP 1 Arut Utara dan SMA 1 Arut Utara menikmati peristiwa GMT.
Hari pertama di Pangkut, 8 Maret 2016, kegiatan berupa sosialisasi dan pengenalan GMT, cara aman menikmati dan menyaksikan GMT serta memperkenalkan Matahari dan Bulan. Mengajak mereka untuk bertindak bijak dalam menyikapi peristiwa-peristiwa alam agar tidak terbelenggu oleh mitos-mitos yang kadang menyesatkan. Beberapa alat sederhana yang bisa digunakan untuk melihat GMT, misalnya kacamata mata Matahari, pinhole-camera yang dibuat dari kotak sepatu, teropong dari bekas tempat keripik kentang yang ditutup filter Matahari, serta saringan untuk menggoreng, juga teleskop You are Galileo! jenis Spica untuk merekam peristiwa tersebut, ditampilkan.
Acara CSR yang dihadiri oleh para guru dan siswa dimulai pukul 8.00 WIB di SDN 01 Pangkut, dilanjutkan ke SDN 02 Pangkut, lalu ke SMP 1 Arut Utara, dan terakhir ke SMA 1 Arut Utara. Warga yang sebagian besar adalah pelajar sangat antusias untuk menghadapi peristiwa esok hari, tetapi harus diingat bahwa rencana ini bisa berubah jika esok hari tiba-tiba hujan atau berawan tebal. Cuaca Pangkut memang tidak bisa ditebak.
Sekitar pukul 20.00, hujan deras disertai petir melanda Pangkut dan sekitarnya. Antara cemas dan berharap, tetapi keputusan harus segera diambil jika ternyata esok benar-benar hujan dan berawan tebal sehingga GMT tidak bisa dilihat. Malam hari, bersama teman-teman dari PT EKM segera menyusun rencana cadangan,yaitu membuat beberapa kuis dan pertanyaan dengan hadiah berupa susu dan alat tulis bagi yang bisa menjawabnya, tidak lupa, ada door prize berupa 2 buah T-shirt bertuliskan ‘I love Bandung’ bagi yang bisa menjawab pertanyaan khusus.
9 Maret 2016, pukul 06.00 berangkat ke lokasi kegiatan, yaitu halaman SDN 01 dan 02 Pangkut di bawah guyuran hujan dan naungan awan tebal. Rasanya putus asa ketika kontak pertama GMT hujan masih mengguyur dengan derasnya. Oke, kontak pertama lewat. Anak-anak mulai berdatangan dengan wajah cemas dan badan basah. Karena sebagian besar karyawan PT EKM harus tetap bekerja, maka diputuskan, beberapa teman dari PT EKM tetap tinggal di SDN 01 dan 02 Pangkut untuk mengajak para siswa agar tidak kecewa dan melaksanakan rencana cadangan, sedangkan Tim Astronomi ITB menuju pabrik PT EKM untuk bersama teman-teman PT EKM yang harus tetap bekerja di pabrik, menikmati peristiwa langka ini. Kami memilih tempat pengamatan di top-deck,yaitu di bagian paling atas tempat memproses ore (campuran pasir, air, dan pengotor yang ditambang). Agak gemetar berdiri di top-deck, karena tepat di bawah kaki adalah drum tempat mengaduk ore yang telah dicampur dengan sianida, kapur dan karbon. Bau menyengat bercampur anyir sangat tajam tercium, jadi harus menggunakan masker, tidak lupa sepatu boot, topi proyek dan vest. Karbon yang sudah menangkap emas, diproses di goldroom, dan hasil endapan dari proses ini menghasilkan cake yaitu logam-logam yang telah dipisahkan dari tanah dan air. Cake kemudian dibakar, lalu dicampur dengan aneka bahan kimia lain untuk menghasilkan dore atau bullion yang siap untuk dimurnikan di sebuah perusahaan milik pemerintah di Jakarta menjadi emas murni.
Dari top-deck, pemandangan seluas 360⁰ tanpa terhalang oleh apa pun, hanya sayang, seluruh langit dipenuhi oleh awan hitam yang tebal. Detik demi detik berlalu tanpa ada tanda-tanda bahwa awan akan menyingkir, hingga tiba-tiba langit berubah menjadi gelap gulita pertanda GMT sedang terjadi. GMT tidak bisa dilihat tetapi teman-teman PT EKM bisa merasakan sebuah sensasi yang aneh dengan melihat alam sekitar tiba-tiba gelap sesaat untuk kemudian perlahan tetapi pasti kembali terang. Tanpa sadar, mereka pun terhenyak kemudian berteriak. Selesai sudah!
Berita dari teman-teman PT EKM yang berada di lokasi SDN 01 dan 02 Pangkut, anak-anak beserta orang tuanya yang hadir untuk menyaksikan peristiwa tersebut, saking antusiasnya hingga mengabaikan kewajiban untuk melaksanakan Nyepi. Alih-alih bersedih karena tidak bisa menyaksikan peristiwa GMT, Tim Astronomi ITB bersama beberapa teman PT EKM pergi menyusuri sungai Arut menggunakan klotok, semacam sampan bermesin yang sangat sederhana. Klotok yang digunakan sudah berlubang-lubang, air yang banyak masuk ke dalam klotok dibuang menggunakan gayung mandi. Rasa takut yang ada dikalahkan oleh rasa penasaran untuk menyusuri sungai Arut yang katanya masih banyak kera dan bekantan yang bergelantungan di pohon sepanjang tepi sungai, serta jika beruntung, kita bisa bertemu buaya, biawak dan ular kobra!
Ternyata, di sepanjang tepi sungai tersebut, banyak sekali tempat penambangan emas liar. Mereka menambang dengan cara menyelam ke dalam sungai untuk mengambil pasir yang mengandung emas, dan hanya menggunakan, maaf, celana kolor tanpa alat pengaman apa pun. Air sungai Arut yang mereka selami berwarna coklat kotor, berbuih serta sedikit berbau menyengat, pertanda sungai telah tercampur dengan sianida, karbon, merkuri dan bahan-bahan berbahaya lain. Miris, ternyata sungai tersebut sekaligus difungsikan sebagai MCK! Bukan hanya itu, warga di sana pun memancing ikan yang sudah jauh berkurang jumlahnya untuk konsumsi makanan sehari-hari mereka. Menyeramkan, selain hutan rusak, bencana Minamata bisa terjadi di kawasan sungai Arut. (ES).
Antusiasme siswa SDN 01 dan 02 Pangkut, mencoba melihat Matahari menggunakan peralatan sederhana.
Susu ultra lebih menarik dibandingGMT! Langit Pangkut sesaat sebelum GMT
Saat total, Pangkut gelap gulita. Klotok dan peralatan para penambang emas liar,
dengan sungai Arut yang berbuih
Penambang emas liar sedang bekerja di ‘’kantornya” Sungai sekaligus tempat sampah
Hutan pun rusak!