Enter your keyword

Kopi Sore : Meningkatkan Peran Wali Akademik di FMIPA

Bagikan:

Bandung, fmipa.itb.ac.id – Kopi sore FMIPA-ITB edisi Rabu 5 September 2012 diadakan di BSCA. Acara tersebut diisi oleh Ketua Bimbingan dan Konseling ITB. Tema yang diangkat adalah meningkatkan peran wali akademik di FMIPA. Acara dibuka langsung oleh Wakil Dekan Akademik FMIPA, Dr. Fida Madayani Warganegara. Hadir dekan FMIPA, Prof.Dr.rer.nat. Umar Fauzi dan beberapa dosen dari masing-masing prodi, Matematika, Fisika, Kimia dan Astronomi. Dalam pembukaannya Dr. Fida memaparkan tujuan dari acara tersebut yakni menyegarkan kembali kemampuan bagaimana membaca data-data psikologi mahasiswa agar dapat menangani lebih dini akan mahasiswa yang bermasalah akademik karena masalah psikologi.
Dr. Fida juga mengingatkan syarat-syarat kelulusan bagi mahasiswa TPB, tahap Sarjana, Magister dan Doktor. Untuk mahasiswa TPB, IP harus di atas 2 dan tidak boleh ada nilai E. Syarat kelulusan mahasiswa tahap Sarjana tidak boleh ada nilai D apalagi E. Untuk Magister dipantau setiap semester, IP per semester minimal 1,5 dan IP saat lulus minimal 2,75. Masa studi Magister maksimal 3 tahun sedangkan Doktor 5 tahun. Syarat kelulusan lainnya adalah adanya publikasi dari hasil skripsi/tesis/disertasi. Seperti yang telah diumumkan Dirjen Dikti, mahasiswa tahap Sarjana, Magister dan Doktor sebelum lulus diharuskan melakukan publikasi paper di jurnal maupu presentasi di seminar ilmiah atau minimalnya di repository. Untuk ini FMIPA sudah menyediakan tempat respository hasil tugsa akhir tersebut. Dr. Fida juga menanyakan perkembangan dosen konseler di masing-masing prodi yang belum bermanfaat secara maksimal. Dalam sesi tanya jawab, Dr. Leo H. Wiryanto mengusulkan adanya foto mahasiswa saat perwalian online. Hal ini dimaksudkan agar dosen wali minimal tahu wajah setiap mahasiswa bimbingannya.
Acara dilanjutkan dengan memaparkan hasil psikotes mahasiswa 2012 khususnya mahasiswa FMIPA oleh Dr. Ciptati, M.S., M.Sc., Deputi Pengembangan Karakter dan Kesejahteraan Mahasiswa LK ITB. “Kita harus bisa memanfaatkan data-data hasil psikotes mahasiswa,” ujarnya. Adapun hal-hal yang diukur pada saat psikotest diantaranya adalah IQ, potensi usaha dan lima faktor kepribadian. Lima faktor kepribadian atau kecenderungan antara lain yaitu Extraversion (kecenderungan interaksi dengan orang lain), Agreeableness (kecenderungan bersikap kepada orang lain), Conscientiousness (kecenderungan sikap dalam beraktivitas/kedisiplinan), Neuroticism (kestabilan emosi), dan Openness to experience (rasa keingin tahuan terhadapa segala sesuatu). Dari data yang ada jumlah mahasiwa yang mendapat nilai 4 dan 5, di mana pendefinisian nilai 1 sangat buruk dan nilai 5 sangat baik, sangat sedikit. Hal ini dapat dilihat dari masalah kepekaan, adaptasi dan kemandirian serta kepemimpinan. Hasil psikotes mahasiswa undangan dan mahasiswa ujian tertulis menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
Distribusi kepribadian antara yang baik dan yang tidak baik seimbang, bahkan membentuk pola ditribusi normal. Dari hasil test dapat dilihat bahwa produktivitas mahasiswa FMIPA 2012 cenderung lebih baik. “Tantangan kita sebagai wali akademik adalah mengubah kepribadian negatif menjadi lebih positif,” ujar Dr. Ciptati. “Apakah dengan data-data ini kita dapat meramalkan mahasiswa yang berpotensi bermasalah psikologi sehingga mereka tidak sampai terjatuh ke dalam masalah tersebut?” tambahnya lagi.
Pemaparan lebih lanjut mengenai hasil psikotest mahasiswa 2012 disampaikan oleh Raden Roro Sri Wachyuni, S.Psi., Biro Psikologi ITB. Yuni, begitulah sapaan akrabnya, menyampaikan tentang pengklasifikasian mahasiswa berdasarkan tingkat masalah dan penanganannya. Yuni mengatakan bahwa adanya pro dan kontra dalam pengklasifikasian ini. Oleh karena itu, pengklasifikasian tersebut hanya diketahui oleh dosen wali masing-masing dan jangan sampai diketahui oleh mahasiswanya karena dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif. Pentingnya dosen wali mengetahui pengklasifikasian ini adalah agar mengetahui secara dini penanganannya sehingga penanganannya tepat dan lebih baik.
Di akhir acara Dr. Fida mengingatkan agar peran dosen konseler di masing-masing prodi lebih dihidupkan kembali. R R Sri Wachyuni, S.Psi., juga mengingatkan bahwa yang didapatkan dari psikotest adalah potensi mahasiswa miliki baik yang disadari maupun yang tidak disadari. “Tugas kita, wali akademik untuk mengolah dan mengoptimalkan potensi tersebut.” “Potensi itu ibarat wadah seperti ice cream cone, isinya bisa lebih dari kapasitas wadahnya,” ujar Yuni.  (nh)

X