Lokakarya Penyusunan Kurikulum 2013 FMIPA ITB
Bandung, fmipa.itb.ac.id Lokakarya kurikulum 2013 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB diselenggarakan di hotel Sensa, Ciwalk, Bandung, pada Sabtu (3/11/12). Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 26 orang dosen Matematika, Fisika, dan Kimia. Dosen-dosen selain FMIPA juga turut ada yang diundang dalam acara tersebut, tapi hanya ada dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) yang hadir. Acara yang dimulai pukul 9 itu dipandu oleh Prof. Dr. I made Arcana. Sambutan dari Prof. Dr.rer.nat. Umar Fauzi, selaku Dekan FMIPA, menjadi pembuka lokakarya tersebut. Dalam sambutannya, Prof. Dr.rer.nat. Umar Fauzi menyampaikan pentingnya mata kuliah Tahap Persiapan Bersama (TPB), karena 25% waktu pendidikan Sarjana di ITB adalah pada masa TPB. Walau hanya ¼ dari total waktu yang ditempuh mahasiswa dalam menyelesaikan tahap Sarjana, tapi TPB sangat penting karena merupakan pembekalan dasar bagi mahasiswa dalam menyelesaikan studi di ITB. Beberapa mata kuliah TPB, seperti Kalkulus, Fisika Dasar, dan Kimia Dasar, diampu oleh dosen-dosen FMIPA. Oleh karena itu, diharapkan FMIPA, terutama dosen-dosen yang mengajar mata kuliah TPB, memberikan pelayanan terbaiknya. Beliau juga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan dosen atas jerih payahnya, ide pemikiran dan waktunya selama ini. “Semoga mengajar mata kuliah TPB dapat menjadi salah satu kontribusi terbaik dari kita untuk bangsa, terutama untuk pembentukan alumni ITB,” harapan Prof. Dr.rer.nat. Umar Fauzi menutup sambutannya.
Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan penjelasan mengenai mata kuliah Kimia Dasar, Fisika Dasar, dan Kalkulus oleh masing-masing Koordinator. Penjelasan pertama mengenani mata kuliah Kimia Dasar oleh Dr. M Ali Zulfikar. Penjelasan dimulai dari tujuan, pengelompokan Kimia Dasar berdasarkan beban materi yang diberikan, jumlah kelas yang dibuka, persiapan, pelaksaan dan evaluasi kegiatan perkuliahan. Tujuan dari perkuliahan Kimia Dasar adalah memberikan konsep dasar Kimia yang diperlukan untuk sains dan teknik. Berdasarkan beban materi yang diberikan, Kimia Dasar dibagi menjadi dua, yaitu Kimia Dasar 1A – 2A, Kimia Dasar 1B – 2B. Jumlah sks Kimia Dasar 1A – 2A 3 sks, sedangkan Kimia Dasar 1B – 2B hanya 2 sks dan tidak ada praktikum. Kimia Dasar 1A – 2A diberikan kepada mahasiswa FMIPA dan teknik, sedangkan Kimia Dasar 1B – 2B diberikan kepada mahasiswa SAPPK (Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan), SITH (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati), dan SF (Sekolah Farmasi). Tahun ini jumlah kelas yang dibuka ada 33 kelas paralel dan setiap kelas terdiri dari 60 sampai 100 orang. Untuk mengurangi perbedaan diantara kelas, maka dilakukan pertemuan koordinasi yang teratur, keseragaman soal latihan dan kuiz. Setiap akhir semester diselenggarakan workshop sebagai evalusi dari implementasi dan berbagi pengalaman mengajar. Untuk tiap semester, ujian yang diberikan hanya dua kali, yaitu UTS (Ujian Tengah Semester) 1 dan 2, dan ujian perbaikan bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai akhir sementara kurang dari atau sama dengan B serta mahasiswa yang tidak mengikuti UTS1/UTS2 dengan alasan jelas. Nilai UTS memiliki bobot yang besar, yaitu 40-45% dari total nilai akhir. Sedangkan bagi kelas yang ada praktikumnya, nilai praktikum hanya 10% dari total nilai akhir, tapi mempunyai peran besar karena menentukan kelulusan. Syarat kelulusan tidak hanya dilihat dari nilai akhir, tetapi juga dari nilai praktikum, nilai praktikum minimal 55 untuk bisa memenuhi syarat kelulusan. Untuk membuat soal ujian dibentuk tim khusus dan sebelum soal diperbanyak, dipresentasikan kepada seluruh dosen untuk masukan dan penyempurnaan soal. Pengkoreksian berkas ujian dilakukan bersama tapi dosen tidak mengkoreksi fakultas yang diajarnya. Penggunaan satu buku rujukan utama yang sama memberikan dampak positif, yaitu jumlah mahasiswa yang mendapat nilai A meningkat.
Penjelasan kedua mengenai mata kuliah Fisika Dasar oleh Freddy Haryanto, M. Si., Dr., perwakilan koordinator Fisika Dasar TPB. Berdasarkan beban materi yang diberikan, Fisika Dasar dibagi menjadi dua, yaitu Fisika Dasar 1A – 2A dan Fisika Dasar 1B – 2B. Jumlah sks tiap matakuliah dan fakultas yang dilayani sama dengan Kimia Dasar. Tahun ini jumlah kelas yang dibuka ada 34 kelas paralel. Dalam penentuan nilai akhir, 60% dari nilai ujian tulis, yakni UTS1 dan UTS2, 20% dari nilai praktikum, 10% quiz dan PR, dan 10% RBL (Research By Learning). Sama seperti mata kuliah Kimia Dasar, nilai praktikum memiliki peran penting, karena menjadi salah satu syarat kelulusan, yaitu nilai minimum praktikum 50. Jadi minimal mahasiswa hadir empat kali dari total lima pertemuan dan tiga kali mengikuti praktikum dari total 4 kali praktikum. Selain praktikum, ciri khas mata kuliah Fisika Dasar adalah adanya RBL di setiap akhir semester. Tujuan diadakannya RBL ini adalah melatih kreatifitas mahasiswa terutama dalam pengaplikasian bidang ilmu Fisika. Mengenai proses pembuatan berkas soal ujian tidak jauh berbeda dengan mata kuliah Kimia Dasar. Pelaksanaan ujian tulis dilakukan dua kali, tapi ada ujian tambahan khusus bagi mahasiswa yang mendapat nilai akhir sementara di bawah C dan bagi yang sakit. Bagi mahasiswa yang ikut ujian perbaikan karena nilai akhir sementara di bawah C maka nilai total akhir maksimumnya C, tapi bagi yang sakit bisa lebih dari C.
Penjelasan ketiga mengenai mata kuliah Kalkulus oleh Yudi Soeharyadi, M.Si., Ph.D., selaku perwakilan koordinator mata kuliah Kalkulus TPB ITB. Hampir sama dengan mata kuliah Kimia Dasar dan Fisika Dasar, Kalkulus dibagi menjadi Kalkulus 1A – 2A dan 1B- 2B, tapi ada satu tambahan lagi yaitu mata kuliah Matematika untuk Bisnis bagi mahasiswa SBM (Sekolah Bisnis dan Manjamen). Dalam penjelasan beliau, perbedaan Matematika yang dipelajari di tingkat SMA dan perguruan tinggi adalah tingkatan kompetensi yang ingin dicapai. Di tingkat perguruan tinggi, tingkat kompetensi yang hendak dicapai diantaranya adalah penalaran/intuisi/pola pikir, kemampuan membaca text books, kemampuan mengkomunikasikan hasil pemikiran, dan sebagai pembekalan untuk mata kuliah lain yang membutuhkan Kalkulus sebagai toolsnya. Dalam penentuan nilai akhir, 85%-90% dari nilai ujian tulis dan 10% dari nilai tugas dan kuiz.
Setelah penjelasan mengenai ketiga mata kuliah, diadakan diskusi antar Fakultas di luar FMIPA dengan Tim Kurikulum FMIPA. Walaupun yang datang hanya perwakilan dari FTMD, tapi diskusi tetap berjalan dengan baik. Usulan masukan pertama datang dari Prof. Zaki Su’ud, yang menyarankan batas range nilai untuk konversi ke nilai alphabet disamakan bagi ketiga mata kuliah tersebut dan bobot ujian dalam penentuan nilai akhir diturunkan untuk mata kuliah Kimia Dasar dan Kalkulus. Perwakilan koordinator Kimia Dasar menjelaskan bahwa keputusan batas range nilai itu merupakan hasil diskusi dan pertimbangan yang matang serta berdasarkan nilai rata-rata setiap kelas, tentunya yang dapat menyenangkan semua pihak. Perwakilan koordinator Kalkulus, Dr. Jalina Widjaja, batas range nilai memang sudah menjadi kesepakatan, tim ujian telah mengubah sistem evalusi. Sejak tahun 2009 bentuk soal ujian Kalkulus terdiri dari dua bagian, yaitu tiga soal essay panjang dan tiga soal essay pendek. Sebelumnya bentuk soal ujian adalah 8-10 soal essay panjang. Mengenai bobot ujian yang tinggi dalam penentuan nilai akhir, Dr. Jalina Widjaja, mengatakan bahwa untuk mengurangi tingkat subjektifitas dalam penentuan nilai. Perwakilan koordinator Fisika Dasar menjelaskan, bahwa batas range nilai memang tidak pernah diubah, tapi yang sudah diubah adalah bentuk soalnya, dan hal ini dapat meningkatkan rata-rata nilai sebesar lima poin.
Perwakilan dari FTMD, Rachman Setiawan ST,M.Sc.,Ph.D., mengusulkan agar mempertimbangkan kembali perbedaan materi antara yang Kimia Dasar A dan B. Program studi di FTMD seperti Teknik Mesin dan Teknik Penerbangan memang tidak banyak membutuhkan pemahaman Kimia, tapi Program studi Material sangat banyak membutuhkan pemahaman materi Kimia yang tidak diberikan di Kimia Dasar B. “Kami butuh masukan dari fakultas-fakultas lain untuk menentukan materi-materi apa saja yang perlu ditekankan,” kata Dr. Ciptati, MS., M.Sc., menanggapi usulan dari perwakilan FTMD. Keberadaan TPB memang masih membingungkan, ada beberapa Pogram studi yang merasa tidak memerlukan karena mata kuliah setelah penjurusan tidak berkaitan dengan mata kuliah TPB. Seperti yang ditanyakan Agoes Soehianie, Ph.D, “sebenarnya konsep TPB itu ingin seperti apa? Apakah ingin semua lulusan ITB memiliki pengetahuan dasar yang sama atau sama sekali berbeda?”. “Mungkin ini akan menjadi wacana ke depan, ”Prof. Umar Fauzi menanggapi. Prof. Zaki Su’ud mengusulkan bahwa bagaimana jika sudah dibagi di awal seperti yang telah dilakukan SITH. Dr. Janson Naiborhu, M.Si., juga mengusulkan bahwa perlu adanya perumusan tentang materi Fisika, Kalkulus dan Kimia yang seperti apa yang harus diketahui oleh seluruh lulusan ITB. Diakhir diskusi hal mengenai course web disampaikan oleh Dr. Muhamad A. Martoprawiro bahwa Course web perlu dihidupkan kembali, karena adanya dugaan bahwa ada korelasi positif antara aktivitas course web dengan aktivitas di kelas. (nh)