Kegiatan Edukasi dan Sosialisasi Implementasi Energi Nuklir Dalam Fase Transisi Program Net Zero Emission (NZE) Indonesia
Kegiatan Edukasi dan Sosialisasi Implementasi Energi Nuklir Dalam Fase Transisi Program Net Zero Emission (NZE) Indonesia
Kegiatan Program Pengabdian Masyarakat ITB
Sidik Permana
Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu dan Rekayasa Nuklir ITB
BANDUNG, fmipa.itb.ac.id, -Sebagai bagian dari kegiatan program kegiatan pengadian kepada masyarakat Institut Teknologi Bandung, telah dilakukan kegiatan seminar dan sosialisasi berkaitan dengan energi baru dan terbarukan (EBT) dan fokus pada potensi sumber daya energi terbarukan dan energi nuklir serta aplikasinya. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat ITB dalam rangka edukasi, sosialisasi dan diseminasi berkaitan dengan energi baru dan terbarukan khususnya energi nuklir dan aplikasinya seperti tampak pada Gambar 1. Seminar dapat terselenggara dengan media daring dan luring atas kerjasama program studi pascasarjana ilmu dan rekayasa nuklir FMIPA ITB dan dinas ESDM pemerintah provinsi sulawesi barat pada Jumat 2 September 2022 dengan peserta bermacam-macam diantaranya Dinas ESDM Sulawesi Barat, Dinas ESDM Jawabarat, peneliti BRIN, Peneliti ITB, Dosen dan Mahasiswa ITB. Seiring dengan kegiatan seminar ini didahului oleh kegiatan survey dan monitoring lapangan dari Tim ITB untuk mengetahui level radiasi nuklir alam dan pemetaannya di Kabupaten mamuju, Sulawesi barat.
Gambar 1. Kegiatan Seminar dan sosialisasi Terkait Energi Baru dan Terbarukan
Tempat kegiatan ini dipilih karena merupakan salah satu daerah yang diperkirakan mempunyai potensi bahan bakar energi nuklir baik untuk uranium dan thorium. Kedua bahan galian tersebut merupakan bahan baku yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebagai bahan bakar. Adanya potensi bahan bakar nuklir dapat diperkirakan salah satunya dengan adanya level radiasi alam yang tinggi dan tersebar di banyak lokasi dalam rentang yang luas di sekitar daerah tersebut. Kegiatan pengabdian masyarakat dengan fokus pada edukasi dan sosialisasi ini sangat penting agar dapat menjadi pengetahuan dasar bagi masyarakat dan memberikan sikap kepedulian terhadap potensi disekitarnya baik manfaat maupun adanya potensi resiko yang terjadi.
Sebagaimana di ketahui Bersama bahwa pemerintah Indonesia telah mencangkan Program nasional yaitu program Net Zero Emission (NZE) 2060. Program ini diambil pemerintah sebagai bagian dari tindak lanjut Perjanjian Paris, dengan peserta 164 negara dan diikuti oleh penandatanganan dan proses ratifikasi oleh negara peserta dan Indonesia menjadi salah satu bagian yang hadir dan berkotemen dalam rangka mengurangi efek gas rumah kaca (GRK) dengan mengadopsi energi baru dan terbarukan (EBT). Dalam program NZE, kontribusi EBT akan dominan dan pada saat yang sama energi fosil akan berkurang secara bertahap sebelum tahun 2060 dan kontribusi energi nuklir menjadi salah satu bagian dari EBT. Secara umum energi nuklir mempunyai konsep multi-use application dimana pemanfaatan energi dapat dilakukan untuk berbagai aplikasi yang secara umum dibagi menjadi aplikasi untuk energi dan non-energi. Salah satu pemanfaatan energi nuklir untuk aplikasi energi, adalah pemanfaatan untuk listrik dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Kemudian aplikasi energi lainnya adalah aplikasi kogenerasi energi seperti contoh proses produksi air bersih dengan proses desalinasi air, produksi hidrogen untuk tarnsportasi atau industry lainnya, kemudian energi nuklir juga dapat digunakan untuk aplikasi gasifikasi dan pencairan batubara dan kemudian digunakan untuk peningkatan pemulihan minyak (EOR) yang dapat digunakan untuk program NZE sebagai bagian dari aplikasi kelistrikan, non-kelistrikan dan aplikasi lainnya dalam rangka mendukung energy bersih. Berbagai macam aplikasi energi nuklir terkait listrik dan kogenerasinya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diversifikasi Energi Reactor NuScale Program Inisiatif NuDEP)
Berkaitan dengan kebijakan energi berbasis pada sumber daya alam, sebagai negara besar yang memiliki kepulauan dan sumber daya alam yang terbatas untuk bahan bakar fosil, Indonesia memiliki berbagai potensi energi baru dan terbarukan, yaitu tenaga air, panas bumi, surya, energi laut, angin, mikrohidro, dan biomassa/limbah sekitar 432 GW. Dalam estimasi total (Dewan Energi Nasional, 2019), potensi sumber daya tersebut berasal dari PLTA sekitar 75 GW, panas bumi sekitar 17,5 GW, bioenergi 33 GW, energi surya 208 GW, energi angin 61 GW, dan energi laut 18 GW. Indonesia mempunyai beberapa sumber daya mineral sebagai sumber daya nuklir, seperti uranium dan thorium. Selain ditemukan di kepulauan Bangka-Belitung, uranium dan thorium juga ditemukan di kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, di daerah Seruyan dan Lamandau, Kalimantan Tengah, dan kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Adapun sumber daya uranium ditemukan sekitar 75.833 tU-79.830 dan akan terus bertambah, sedangkan sekitar 137.000-170.000 ton cadangan thorium banyak ditemukan di Bangka Belitung. Pulau Kalimantan dan Sulawesi diperkirakan potensinya lebih melimpah di Indonesia.
Profil Energi Nuklir Dunia dan Implementasi Energi Nuklir pada NZE Indonesia
Energi nuklir telah beroperasi lebih dari 18.000 tahun reaktor beroperasi, dan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) ini telah digunakan di 32 negara baik negara berkembang dan negara maju. Telah beroperasi sekitar 445 unit PLTN dan menyumbang 2553 TWh atau setara dengan 10,1% produksi listrik dunia (26.730 TWh). Penggunaan PLTN terbesar adalah Amerika serikat sebesar 790 TWh, kemudian China 345 TWh, Perancis 349 TWh dan seterusnya, dan PLTN terbaru beroperasi di Uni Emirate Arab (UEA). Negara-negara eropa menjadikan PLTN sebagai program energi mereka karena energi nuklir sebagai salah satu sumber energi yang bersih, aman, dan berumur panjang. Untuk memastikan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan listrik di dalam negeri, pemerintah Indonesia mengadopsi filosofi prinsip 5K yaitu Kecukupan, Keandalan, Keberlanjutan, Keterjangkauan, dan Keadilan. Sebagai sumber energi rendah emisi karbon, energi nuklir bersama dengan energi tenaga air sebagai penyumbang utama sumber energi rendah karbon serta sumber energi baru dan terbarukan lainnya membawa produksi energi menjadi lebih ramah lingkungan yang membawa dampak ekonomi yang signifikan terutama karena pembangkit listrik berbasis nuklir memiliki umur operasi yang lebih lama untuk penyumbang energi bersih. Energi nuklir diperkirakan beroperasi dan berkontribusi pada bauran energi nasional pada program NZE mulai tahun 2035-2040 berdasarkan beberapa skenario dan PLTN harus diimplementasikan sebagai program NZE mulai tahun 2023-2024 untuk mencapai operasi awal tahun 2030-an. Dalam penyelenggaraan energi nuklir, diperlukan suatu NEPIO atau Organisasi Pelaksana Program energi Nuklir yang bertugas melaksanakan program tenaga nuklir mulai dari perencanaan, persiapan dan investasi serta menyiapkan sumber daya manusia dan beberapa infrastruktur lain untuk program energi nuklir. Selain dapat menyuplai kebutuhan energi yang besar, energi nuklir juga dapat digunakan untuk kebutuhan daya yang kecil, energi di daerah atau pulau terpencil, zona industri tertentu atau kompleks industri serta untuk program de-dieselisasi. Program desalinasi energi nuklir dapat digunakan untuk memperoleh air bersih, program produksi hydrogen dari PLTN dapat digunakan untuk transportasi selain mengkombinasikan dengan listrik dan juga tranportasi laut dengan kapal laut berpendorong energi nuklir sebagai bagian dari program Tol laut nasional yang dapat menghubungkan antar pulau di nusantara dengan operasional yang lama, aman dan rendah emisi. Pemanfaatan PLTN terutama untuk tipe small modular reactor (SMR) dapat digunakan untuk kawasan khusus seperti untuk kawasan industri. Berdasarkan data dari kementrian industry ada sekitar 26 kawasan industri, yang memiliki rentang kebutuhan listrik 10 MWe hingga kisaran daya 1000 MWe. Diperkirakan dalam program NZE kontributi energi nuklir sebesar 18 % yang setara dengan 324 TWh pada tahun 2060 (total sekitar 1800 TWh) dan setara dengan kapasitas daya PLTN sekitar 46 GWe. Berdasarkan komposisi beban tiap pulau saat ini dapat dibagi pemanfaatan energi nuklir di pulau Jawa sekitar 214 TWh, pulau Sumatera 64 TWh dan pulau lainnya Kalimantan, Sulawesi dan sisanya, masing-masing akan menggunakan 14,4 TWh, 16,7 TWh dan 14,2 TWh. Estimasi kapasitas terpasang untuk setiap pulau menunjukkan bahwa pulau Jawa membutuhkan kapasitas terpasang PLTN sekitar 30,3 GWe, sedangkan pulau sumantra membutuhkan 9 GWe dan pulau lainnya membutuhkan kapasitas terpasang 2-2,4 GWe.
Biodata singkat
Dr.Eng. Ir. Sidik Permana, S.Si, M.Eng
Ketua program studi magister ilmu dan rekayasa nuklir
Ketua program studi doctor rekayasa nuklir
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi bandung
Pendidikan
S1 : Jurusan Fisika ITB
S2 : Nuclear Engineering Department, Tokyo Institute of Technology
S3 : Nuclear Engineering Department, Tokyo Institute of Technology
Organisasi :
American Nuclear Society (ANS)
Atomic Energy Society of Japan (AESJ)
Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI)
Badan Kejurusan Teknik Nuklir (BKTN) Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Himpunan Fisika Indonesia (HFI)