Wisudawan Inspiratif : Iman Nurzaman Guru Fisika yang Berhasil Menyelesaikan Program Magister Pengajaran Fisika dengan IPK 4.00
Tak mudah awalnya menyesuaikan waktu kerja sebagai pengajar di SMA dengan kultur belajar yang intens di ITB. “Kultur belajar di ITB memang beda. Lebih intens, tepatnya. Teman-teman kuliah pun cenderung lebih rajin, apalagi banyak fresh graduate, inilah yang membuat standar belajar jadi lebih tinggi. Dosen ITB memiliki gaya komunikasi yang sedikit berbeda dengan tempat saya kuliah sebelumnya. Akan tetapi sebenarnya, saya melihat banyak itikad baik dari dosen untuk lebih cair dan akrab dengan mahasiswa. Meskipun kadang seperti minim ekspresi, kalau sudah membahas konsep, dosen-dosen tampak sangat menikmatinya hingga pembahasan bisa lebih mendasar dan mendalam. Ini saya suka”, paparnya panjang lebar.
Pemilik motto ”niat baik haruslah dilakukan dengan cara yang baik agar memberi hasil terbaik” ini menjelaskan pula kiat sukses belajarnya di ITB. Hal pertama yang dilakukan Iman adalah meluruskan niat belajar. Setelah itu memahami target yang diberikan dosen, dan mencari referensi tambahan untuk melampauinya. Usahanya tak selalu berhasil. Perlu waktu dan fokus tentunya. Waktu belajar harus adu prioritas dengan waktu kerja, akhirnya waktu istirahatlah yang dikurangi. Di satu sisi, untuk memastikan pemahaman dan membuat suasana menyenangkan butuh teman belajar. Tapi di sisi lain, untuk bisa fokus, butuh kesendirian. Jadi belajar pagi, siang, ataupun malam, lebih sering bersama teman atau kadang konsultasi dengan dosen. Untuk memperdalam, biasanya belajar sendiri tengah malam dan sekitar shubuh. Kunci utama berikutnya adalah doa dan menambah amalan ibadah sunah. Kalau pulang terlalu malam, kadang numpang tidur di mesjid Salman, cerita Iman tentang kiat sukses belajar. Usahanya berbuah manis, Iman berhasil mendapatkan IPK 4.00 dan tentunya meraih predikat Cum Laude. Keberhasilan ini tak luput dari peran istri dan keluarga yang selalu mendukungnya saat semangat maupun down.
Aktivitas Iman selain kuliah, disibukkan dengan tetap mengajar di SMAN 19 Garut, ini karena status Iman yang mengharuskan tetap mengajar dan tidak meninggalkan pekerjaan. Selain itu Iman juga menjadi penulis buku suplemen belajar IPA SMP, pembina kegiatan Pramuka, dan pembicara dalam seminar-seminar.
ITB menjawab apa yang telah dicari Iman. Dimulai dari koreksi miskonsepsi, pemahaman dan pengalaman praktikum, Research By Learning (RBL) atau tugas perancangan proyek yang merupakan terapan dari ilmu fisika yang telah dipelajari, komputasi, dan instrumentasi.
Proyek akhir yang berhasil Iman ciptakan mengenai Pemantauan Kualitas Produk Susu menggunakan Sensor Kapasitif. Dengan pengembangan lebih lanjut, harapannya sensor ini bisa digunakan orang awam untuk mengecek apakah produk susu itu sudah basi atau belum tanpa harus membuat hidung dan lidah atau indera perasa kita terganggu.
Dari Iman kita belajar tentang waktu dan usaha. Setiap saat adalah kesempatan baik untuk berlatih serta memperbaiki diri. Dan untuk meraih sesuatu yang kita diimpikan adalah dengan terus berusaha dan berdoa secara maksimal. Tidak ada kesuksesan yang instan, pun mie instan yang perlu proses memasak jika ingin menyantapnya, semua tentu perlu proses.
Terus berjuang dan jangan menyerah karena sesunguhnya kerja keras dan usaha tak akan menghianati hasil. [Penulis : Ani Hamidah]