Enter your keyword

Tim Patriot FMIPA ITB Membangun Kebanggaan Indonesia di Perbatasan Papua

Tim Patriot FMIPA ITB Membangun Kebanggaan Indonesia di Perbatasan Papua

Bagikan:

SENGGI, fmipa.itb.ac.id, -Salah satu tim Patriot yang diketuai oleh dosen FMIPA, Abdul Rohman Supandi, tengah melakukan penelitian dan pengkajian di Kawasan Transmigrasi Senggi, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Tim ini beranggotakan beberapa alumni ITB, yaitu Riri Saputri (Astronomi), Muhammad Rizqi (Fisika), Arini Wendy Astuti (Teknik Sipil), dan Inri Nikita dari Teknik petambangan Universitas Cendrawasih). Kawasan Senggi yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini ini memiliki posisi yang strategis sekaligus kritis. Di satu sisi, Senggi berpotensi menjadi benteng pertahanan dan simbol kedaulatan Indonesia; namun di sisi lain, tanpa pengelolaan yang tepat, kawasan ini dapat menjadi titik rawan bagi integritas wilayah negara.

Salah satu langkah strategis untuk mempercepat pembangunan di kawasan ini adalah melalui program transmigrasi. Program ini berperan dalam menambah jumlah penduduk, mempercepat pembangunan SDM, serta memacu tumbuhnya fasilitas dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan pusat ekonomi baru. Kawasan transmigrasi Senggi yang dibuka sejak awal 1990-an merupakan bagian dari upaya pemerataan pembangunan di Tanah Papua. Namun, dalam perjalanannya muncul berbagai tantangan, mulai dari kelayakan hidup transmigran, dampak sosial, hingga stagnasi ekonomi. Kini, sebagian masyarakat transmigran beralih dari sektor pertanian ke pertambangan rakyat. Pergeseran ini memang membuka peluang ekonomi baru, tetapi juga menimbulkan masalah sosial dan lingkungan, seperti pencemaran sungai akibat limbah berbahaya.
Tim Patriot hadir untuk mengembalikan arah pembangunan kawasan transmigrasi sesuai tujuan awalnya: mewujudkan masyarakat transmigran yang mandiri dan berperan dalam peningkatan SDM, kesehatan, serta ekonomi masyarakat lokal. Kami mendorong agar transmigran dapat berbagi ilmu, keterampilan, dan pengalaman dengan masyarakat sekitar sehingga terbangun kemajuan bersama.
Melalui diskusi dengan pemerintah daerah, tim berupaya menggali informasi terkait program berjalan, kebutuhan masyarakat, serta tantangan di lapangan. Sementara itu, dengan masyarakat, kami melakukan sosialisasi dan Focus Group Discussion (FGD) untuk menumbuhkan kepedulian dan peran aktif dalam pembangunan bersama.

Sebagai civitas akademika, kami juga menekankan pentingnya pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas hidup, serta kesadaran menjaga kesehatan di tengah keterbatasan fasilitas. Di bidang ekonomi, kami mengenalkan potensi pertanian dan peternakan sebagai rantai ekonomi yang dapat dikembangkan, termasuk pemanfaatannya untuk menghasilkan biofuel dan biogas sesuai dengan salah satu bidang yang ditekuni oleh ketua tim, yakni Abdul Rohman Supandi. Energi terbarukan ini dapat menjadi solusi atas keterbatasan pasokan listrik dan ketiadaan gas bersubsidi di wilayah tersebut.

Dari sisi pertambangan rakyat, kami memberikan edukasi mengenai dampak lingkungan akibat praktik pertambangan yang tidak terkendali dan pentingnya pengelolaan limbah yang aman.
Seluruh temuan dan hasil kajian ini akan kami susun dalam bentuk rekomendasi kebijakan bagi pemerintah pusat dan daerah. Tujuannya jelas: mendukung pembangunan kawasan perbatasan yang berkelanjutan, inklusif, dan menyejahterakan masyarakat Papua.

X