Indonesian Student Conference on Science and Mathematics (ISCSM)
Bandung fmipa.itb.ac.id- Senin (24/06) lalu, sekitar pukul sembilan pagi, Indonesian Student Conference on Science and Mathematics (ISCSM), yang baru diadakan pertama kali, resmi dibuka oleh Wakil Dekan bidang Akademik FMIPA, Prof. Fida Madayanti Warganegara, Ph.D di Gedung Kuliah Umum (GKU) Timur. Konferensi ini diadakan oleh FMIPA ITB, dan menurut websitenya, disponsori juga oleh komunitas-komunitas profesional yaitu HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia), HAI (Himpunan Astronomi Indonesia), HFI (Himpunan Fisika Indonesia), HKI (Himpunan Kimia Indonesia), IndoMS (Indonesian Mathematical Society), PBI (Perhimpunan Biologi Indonesia) dan PERMI (Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia). ISCSM ini dilangsungkan tanggal 24- 25 Juni 2013 dan diikuti oleh 118 peserta dari berbagai universitas di Indonesia, antara lain berasal dari ITB, Unpad, UI, UGM, IPB, ITS, Universitas Brawijaya. Ada pula peserta dari Universitas Pahang, Malaysia.
Setelah acara pembukaan, konferensi dilanjutkan dengan presentasi salah satu dari dua pembicara utama, Dr. Taufiq Hidayat. Beliau membawakan presentasi bertajuk ‘Memburu Molekul di Alam Semesta.’ Sebuah presentasi yang salah satunya menggambarkan bahwa sains bukanlah bidang yang berdiri sendirian. Sedangkan pada hari kedua (25/06), pembicara utama Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro menyampaikan tema “Science Education Reform”. Dalam presentasinya, Prof. Satryo mengungkapkan keprihatinannya akan pendidikan sains di Indonesia, yang dirasa membutuhkan perubahan yang besar.” Pendidikan sains seharusnya mandiri dan tidak membutuhkan birokrasi berbelit, sehingga baik guru maupun dosen bisa berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan, dan tidak terjebak pada hal-hal teknis seperti mengurus berbagai dokumen, dan lain-lain,” ungkap beliau pada saat presentasi.
Sesi paralel dari konferensi ini berlangsung setelah presentasi dari pembicara utama dan melibatkan mahasiswa yang sebagian besar baru menyelesaikan tugas akhir S1 atau S2. Mereka mempresentasikan hasil tugas akhir masing-masing di beberapa ruangan paralel. Ruangan-ruangan tersebut, yang masih berada di sekitar GKU Timur ITB, diberi nama berdasarkan dengan kategori bidang tugas akhir. Kategori bidang yang dimaksud ada lima, yaitu Earth and Space Science; Indonesian Resources, Diversity, and Environment, Mathematics and Theoretical Science; Reaction Mechanisms, Catalysis and Processes; and Analytical Science, Instrumentation, and Devices.
Untuk menjadi peserta dalam konferensi ini, seorang mahasiswa minimal harus memiliki tulisan penelitian yang sedang atau telah selesai dikerjakan. Penelitian-penelitian tersebut umumnya merupakan tugas akhir. Mahasiswa yang sudah lulus dalam 12 bulan terakhir masih dapat menjadi presenter dalam konferensi. Abstrak dan hasil dari tugas akhir mahasiswa, baik dalam bahasa Indonesia ataupun Inggris, dikumpulkan untuk diseleksi. Dalam proses penyeleksian, jika ada abstrak yang tidak mencantumkan hasil yang jelas, maka penulis akan diminta untuk melakukan revisi atau mengundurkan diri. Tulisan lengkap dari abstrak yang telah dipresentasikan akan dikumpulkan dalam sebuah proceeding, kemudian dimasukkan ke Google Scholar.
Selain pada sesi presentasi, peserta juga dapat menampilkan hasil penelitian mereka ke dalam bentuk poster. Poster-poster dari peserta ini dipajang pada hari kedua di ruang pameran yang bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) Timur ITB pada hari selasa (25/06).
Walau kebanyakan peserta konferensi kebanyakan berasal dari S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Sekolah Ilmu dan Teknologi (SITH) ITB, tidak sedikit pula mahasiswa dengan derajat pendidikan yang lebih tinggi atau yang berasal dari luar ITB yang nampak di ruangan. Mereka terlihat sama antusiasnya. “Kami tentu saja terbuka untuk mahasiswa dari luar ITB, bahkan luar negeri sekalipun. Untuk mahasiswa S2, memang disarankan untuk menghadiri konferensi masing-masing bidang keahlian. Tapi, di sini, kehadiran mereka sebagai senior scientist diharapkan dapat memberikan inspirasi. Terutama untuk mereka yang baru akan membuat tugas akhir.” ujar Dr. Fourier D. E. Latief, salah satu panitia, mengomentari peserta konferensi. Sayangnya, kehadiran mahasiswa S1 tingkat 4 ke bawah, yang diharapkan menjadi target utama audiens konferensi ini, masih kurang.
Ke depannya, ISCSM akan dilakukan rutin dua kali dalam setahun, yaitu setiap bulan April dan Oktober. Sengaja dipilih cukup dekat dengan jadwal wisuda di ITB dan beberapa universitas lain, agar lebih banyak mahasiswa yang ikut. ISCSM kedua sendiri akan diselenggarakan kembali di ITB dengan persiapan yang jauh lebih matang, sekitar minggu kedua bulan Oktober tahun ini. [hre/dpt]