Enter your keyword

Grandprix Thomryes Marth Kadja, Doktor Termuda Indonesia

Bagikan:

Bandung, FMIPA.itb.ac.id.  -Kualitas pendidikan di Indonesia bagian timur masih perlu ditingkatkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, ditengah situasi ini, muncul seorang ilmuwan muda berprestasi, Grandprix Thomryes Marth Kadja, yang berasal dari desa Tarus, Kupang – Nusa Tenggara Timur. Grandprix dilahirkan pada tanggal 31 Maret 1993 dari pasangan Bapak Octovianus Kadja,SE dan Ibu Ir. Yeane Do Djeta. Keluarga bersahaja ini begitu mementingkan budaya literasi sehingga menumbuhkan minat membaca semenjak dini dalam diri Grandprix.

Grandprix menempuh pendidikan menengah atas di SMA Katolik Giovanni dengan program akselerasi selama 2 tahun (2007-2009). Selama menempuh pendidikan SMA tersebut, Grandprix menunjukkan kecintaannya terhadap ilmu kimia yang dibuktikan dengan menjadi juara 1 olimpiade kimia SMA se-provinsi NTT. Saat melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) di Kimia UI pada tahun 2009-2013, Grandprix tetap mengukir berbagai prestasi tidak hanya sebagai lulusan terbaik dengan predikat cum laude tetapi juga memperoleh Medali perak Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ON MIPA) bidang Kimia dan Juara Nasional Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina kategori Science Project. Ketika menjuarai kompetisi science project tersebut, Grandprix mengajukan pemanfaatan material anorganik berpori nano (zeolit) sebagai material katalis untuk mengonversi limbah plastik menjadi bahan bakar. Hasil yang didapatkan menumbuhkan rasa keingintahuan Grandprix untuk mendalami ilmu katalis.

Program Beasiswa Unggulan PMDSU

Pada tahun 2013, Grandprix mendapatkan beasiswa Program Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Program ini bertujuan menghasilkan doktor dengan waktu tempuh studi S2 dan S3 selama kurun waktu 4 tahun. Dua tahun setelah mendapatkan beasiswa PMDSU, Grandprix memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dengan predikat cum laude. Selama menjalani studi pascasarjana, Grandprix melanjutkan passion-nya dalam bidang katalis di mana Beliau menekuni sintesis zeolit serta karakterisasinya menggunakan instrumen-instrumen canggih, seperti teknik spektroskopi dan mikroskop elektron. Zeolit berguna untuk perengkahan minyak bumi menjadi bahan bakar bensin dengan bilangan oktan yang tinggi. Teknologi ini bahkan dapat pula dikembangkan untuk memproduksi biogasolin dari minyak sawit mentah. Penelitian yang dihasilkan oleh Grandprix sangat potensial untuk dihilirisasi sehingga tercipta katalis nasional yang meningkatkan nilai keekonomian. Hal ini juga meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi nasional mengingat sebagian besar katalis yang digunakan oleh industri petrokimia tanah air masih mengimpor dari luar negeri.

Tim Promotor: Grandprix adalah sosok yang unik

Dr. Rino R. Mukti sebagai ko-promotor menceritakan pertama kali merekrut Grandprix menjadi anak didiknya menyelesaikan program S2 dan S3 Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Saat itu ia diminta oleh Prof Ismunandar untuk menyeleksi sejumlah mahasiswa yang mendaftar program PMDSU di ITB tahun 2013. Ia pun memilih berdasarkan track record setiap pelamar program tersebut dan khususnya dari jurusan kimia. Grandprix jelas mempunyai track record yang luar biasa. Ia mendapatkan gelar cumlaude saat meraih sarjana di UI dan pernah juara olimpiade sains nasional. Setelah diseleksi, akhirnya diputuskan Grandprix sebagai salah satu mahasiswa PMDSU di Kimia ITB bersama dengan Erna Febrianti dalam Tim Promotor, yaitu Prof. Ismunandar, Dr. Veinardi Suendo, Dr. Rino R. Mukti dan Dr. I Nyoman Marish.  Keduanya dinilai sangat tekun mengikuti setiap arahan yang diberikan pembimbingnya. Mereka adalah pekerja keras, ulet dan mau selalu belajar. Grandprix adalah merupakan sosok yang mudah diajak komunikasi dan koordinasi sehingga apapun yang dikerjakannya di labolatorium menghasilkan sesuatu yang teroganisir dan akurat. Terlebih, ia rajin menulis jurnal ilmiah berkualitas. Di usianya yang masih sangat muda, Grandprix sudah mempublikasikan tujuh jurnal ilmiah skala internasional dan terindeks Scopus. Hal ini boleh dibilang langka terutama di Indonesia.

Publikasi Karya Ilmiah

Selama menempuh pendidikan S2 dan S3-nya, Grandprix berkontribusi sangat baik dalam dunia ilmiah dengan menghasilkan 9 artikel ilmiah, di mana, 1 artikel dipublikasikan di jurnal nasional dan 8 lainnya dipublikasikan di jurnal internasional. Artikel-artikel yang dipublikasikan di jurnal internasional, 7 diantaranya terindeks Scopus. 4 artikel dipublikasikan pada jurnal yang bereputasi sangat baik (Q1) dengan kisaran impact factor 2,6 hingga 5,7. Pada Jumat, 22 September 2017, Grandprix berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Zeolit ZSM-5 Hierarkis Bebas Mesoporogen: Sintesis, Mekanisme dan Peningkatan Tingkat Hierarki” dan mengukuhkan diri sebagai Doktor termuda se-Indonesia pada umur 24 tahun.

Keahlian Grandprix dalam bidang Kimia Anorganik telah dipresentasikan dalam berbagai seminar ilmiah dihadapan komunitas saintis Indonesia. Kiprahnya Grandprix tidak hanya diakui di dalam negeri tetapi juga mendapat pengakuan dari pihak luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan presentasi ilmiah di berbagai seminar internasional. Bahkan, Beliau pernah diundang untuk memberikan seminar di Department of Chemistry, University of Bath, United Kingdom.

Segudang prestasi tersebut tidak menghalanginya dalam dunia nonakademik. Baginya pergaulan dengan teman-teman tidak kalah penting. “work hard, play harder” merupakan motto hidup dari doktor termuda ini. [RR Mukti]

X